Pemecahan Desain Interior Rumah Tinggal – Tulisan ini merupakan hasil kajian literature yang memba- has tentang “Pendekatan Pemecahan Desain Interior Rumah Tinggal” Interior rumah tinggal adalah wadah sebagai tempat pribadi bagi manusia untuk berlindung yang dapat mengung- kapkan dan atau mencerminkan sikap hidup pribadi penghuni serta sekaligus tempat membentuk kepribadian manusia.
Ke- pribadian dapat diartikan sebagai sikap atau tanggapan manusia terhadap peristiwa di sekelilingnya. Fungsi rumah adalah untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikis sebagai wujud keberadaan manusia secara individual dan social. Tingkat kebutuhan si pen- ghuni dipengaruhi oleh gaya hidup atau profesi, keinginan, hobi, jenis kelamin, usia, ekonomi. Elemen perencanaan interior terdiri: Aktifitas, Kebutuhan Ruang dan Tata Letak Ruang, Unsur Pem- bentuk Ruang, Isian Ruang/Furniture, Pengkondisian, dan Lay Out.
Pendekatan desain interior rumah tinggal meliputi: Perilaku Manusia, Gaya Hidup Orientasi Pasar, dan, Filosofi Bentuk. Perilaku manusia adalah perencanaan yang menja- dikan perilaku sebagai faktor untuk dipertimbangkan dalam per- encanaan interior berkait, dengan subjek rancangan untuk meru- muskan jenis ruang dan bentuk elemen. Pendekatan gaya hidup adalah perencanaan yang menjadikan profesi sebagai dasar merumuskan jenis dan bentuk elemen interior untuk wadah keg- iatan mengembangkan profesi.
Perencanaan interior lebih dikon- sentrasikan untuk menentukan jenis ruang dan bentuk ruang se- bagai wadah kehidupan sehari-hari dan pengembangan profesi. Pendekatan pemecahan desain yang berorientasi pasar adalah perencanaan yang mengarah pada penyelesaian desain mem- perhatikan pengguna secara umum dan dikelompokkan ber- dasarkan jenis kelamin, usia, klas/golongan ekonomi, klas golon- gan sosial/status untuk menentukan bentuk interior. Pendekatan
filosofi bentuk adalah perencanaan desain yang menjadikan fi- losofi bentuk untuk mengekspresikan makna di balik bentuk yang tervisualisasikan nyata.
Kata Kunci: Interior, pendekatan, rumah tinggal, gaya hidup.
Pemecahan Desain Interior Rumah Tinggal
Rumah tinggal merupakan bentuk bangunan yang paling awal berada di bumi ini. Bentuk dan cara perwujudan rumah ting- gal mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan pola hidup manusia sebagi penghuninya. Sejarah menyebutkan, pada zaman dahulu rumah tinggal nenek moyang kita dalam ben- tuk gua ataupun gubug pada pohon. Dari sisi bentuk dan peng- gunaan bahan amat sangat sederhana, mengingat saat itu rumah hanya untuk berteduh.
Ada perjalanannya rumah tinggal sudah mendapat perha- tian walaupun dalam proses perwujudan belum menggunakan jasa desainer. Sejarah Barat menyebutkan, rumah tinggal sebe- lum zaman modern, perwujudan bentuk maupun penataan interior dilakukan oleh seniman, dan selanjutnya dilakukan oleh arsitek. Namun seiring dengan perkembangan teknologi, rumah tinggal yang di dalamnya memiliki interior mengalami kemajuan dari sisi proses perwujudannya yakni masuk dalam wilayah perancangan. Rumah tinggal tidak sekedar diwujudkan oleh pemiliknya, namun penggunaan jasa desainer sudah merambah di setiap kota untuk mewujudkan rumah tinggal.
Desainer dituntut mampu menafsir keinginan pengguna tanpa harus pengguna menyampaikan keinginan secara detail terkait bentuk rumah yang diidamkan. Pada tataran inilah seorang desainer dituntut cerdas menentukan langkah dan menentukan sikap terkait informasi pengguna sekecil apapun. Keberhasilan dalam perancangan adalah manakala ada kecocokan antara karya dengan pengguna, baik dari sisi jenis ruang maupun ben- tuk ruang serta tidak kalah pentingnya kemampuan daya beli ser- ta perawatan dari pihak pengguna. Untuk menjawab semua itu diperlukan pendekatan pemecahan desain dalam perancangan desain interior rumah tinggal. Pendekatan pemecahan desain se- cara teoritis dapat dipelajari dan selanjutnya dapat dirumuskan secara kreatif. Untuk dapat merumuskan pendekatan pemecahan desain secara cerdas maka perlu dipahami beberapa hal untuk dibahas secara detail, yakni fungsi rumah, elemen perencanaan, dan pendekatan pemecahan desain. Tulisan ini berusaha mem- bahas pendekatan pemecahan desain dengan cara studi literatur dan dipadu dengan penelitian objek sebagai studi kasus.
Sejarah menyebutkan, pada zaman dahulu rumah tinggal nenek moyang kita dalam bentuk gua ataupun gubug pada pohon
Fungsi lain dari inte- rior adalah menyampaikan pesan rasa yang mana kita semua membutuhkannya
dalam hidup
Desain Interior Rumah Tinggal
- Pengertian Interior Rumah Tinggal
Interior adalah ruang dalam yang merupakan terusan bentuk dari arsitektur. Dorothy Stepat menjelaskan kata interior mempunyai banyak pengertian. Perluasan dari pengertian rumah sebagai tempat perlindungan dan memberikan pada kami kebu- tuhan akan kehangatan, keamanan, dan kesenangan di dalam kamar. Kegunaan dari interior tidak hanya melayani fisik, tetapi juga kebutuhan psikis yang mewakili idaman, hasrat, impian dan mencari untuk keindahan lingkungan. Fungsi lain dari interior adalah menyampaikan pesan rasa yang mana kita semua mem- butuhkannya dalam hidup. Suasana ini merupakan hasil terusan dari ruang dan arsitektur. (Dorothy Stepat, et al., 1980: v) Ini be- rarti melalui interior manusia dapat menangkap pesan rasa yang disampaikan oleh suasana ruang.
Terkait dengan rumah tinggal, Arnold Friedmann, menjelas- kan bahwa interior adalah karya seni desain sebagai wadah kegiatan di dalamnya akan terungkap cita-cita, cermin kehidu- pan social, pilitik penggagas sekaligus pemakaianya (Arnold Friedmann, 1976: 203-205). Pada bagian lain dijelaskan Rumah merupakan ruang hidup pribadi bagi manusia yang mengungkap- kan dan mencerminkan sikap hidup pribadinya, serta sekaligus berperan membentuk kepribadiannya (Fritz Wilkening, 1978: 5). Lebih lanjut dijelaskan Sunarmi dalam tulisannya pada Jurnal Or- namen Seni Rupa STSI, Vol.2 , No. 1 tahun 2005 Rumah adalah suatu wadah atau tempat awal pembentukan manusia seutuh- nya. Dengan demikian interior rumah tinggal adalah wadah se- bagai tempat pribadi bagi manusia untuk berlindung yang dapat mengungkapkan dan mencerminkan sikap hidup pribadinya serta sekaligus tempat membentuk kepribadian manusia.
Faktor dari dalam rumah dan pengaruh lingkungan seb- agai kualitas tempat tinggal sangat mempengaruhi kenyamanan dan ketenangan psikis manusia penghuninya, hal ini akan memi- liki peran penting dalam membentuk pribadi manusia. (Sunarmi, 2005: 1-2) Dikatakan rumah sebagai pembentuk awal kepriba- dian adalah manakala kita dapat melihat perkembangan seorang anak. Disebutkan Sunarmi dalam bukunya Interior Pracimayasa Karya Budaya Mangkunegara VII, bahwa pengalaman hidup masa kecil seseorang sangat berperan penting dalam memben- tuk kepribadiannya. (Sunarmi, 2005: 58) Tersediannya fasilitas ruang untuk anak akan berdampak pada perilaku anak, karena
interior sebenarnya dapat menuntun perilaku kegiatan sehari-hari manusia penghuninya.
2. Fungsi Rumah Tinggal
Bertolak pada pemikiran rumah merupakan ruang periba- di yang dapat mengungkapkan dan mencerminkan sikap hidup pribadinya, maka rumah memiliki fungsi, sebagi berikut:
- Fungsi Rumah Tinggal Secara Umum
- Fungsi Rumah Tinggal Secara Individual
- Kebutuhan Rumah Tinggal Terkait dengan Keluarga atau Kelompok
Masing-masing dapat diurai sebagi berikut.
- Fungsi Rumah Tinggal Secara Umum
Kebutuhan fisik yang paling elementer pada setiap manu- sia ialah perlindungan terhadap pengaruh iklim dan terhadap gangguan keamanan agar ia dapat tidur, makan, dan beristirahat dengan tenang. Pernyataan itu juga sudah termuat dalam UUD tentang kebutuhan fisik manusia.
Hal ini diungkapkan tanpa harus menengok jauh ke be- lakang pada masa zaman prasejarah, bagaimana fungsi rumah saat itu, saya yakin anda sependapat dengan saya tentang per- nyataan di atas masih relevan sampai sekarang. Artinya dahulu rumah bagi nenek moyang kita berfungsi sebagai tempat berlind- ung dari gangguan alam bukan sebagai pemenuhan kebutuhan akan estetis. Pada perkembangannya rumah difungsikan kaitan- nya dengan religi.
Adapun kebutuhan psikis manusia yang primer adalah kebutuhan akan rasa aman dan perlindungan yang tetap serta lingkungan yang sehat dan nyaman sehingga tempat kediaman terasa sebagai “home”. Manakala kebutuhan itu terjamin insy- aAllah manusia akan dapat mengembangkan kepribadiannya dan eksistensinya baik sebagai masbusia secara individual dan makhluk sosial.
b. Fungsi Rumah Secara Individual
Penampilan kebutuhan akan rumah secara individual di- tentukan oleh watak/pribadi penghuninya sendiri, jenis kelamin, usia, kecenderungan akan tata tertib, keinginannya akan bentuk yang menjamin pemenuhan hak pribadi. Demikian fungsi rumah dalam perkembangannya juga merupakan konsekuensi cermin dari gaya hidup. Rumah dapat dipakai manusia lain untuk menilai
bagaimana gaya hidup atau kepribadian penghuni. Hal ini ber- dasarkan pernyataan, bahwa suasana interior rumah dapat ber- fungsi psikis yang mewakili idaman, hasrat, dan impian manusia. (Dorothy Stepat, et al., 1980: v).
c. Fungsi Rumah Yang Menyangkut Keluarga atau Kelom- pok
Kebutuhan akan tempat tinggal pribadi ditentukan oleh kehidupan bersama dalam masyarakat khususnya keluarga. Hubungan antara ruang pribadi dan ruang bersama, antara ka- mar orang tua dan anak, antara daerah gerak kerja, ramai dan tenang harus diselaraskan dengan baik. Sususan keluarga yang berubah dengan bertambahnya anak, pertumbuhan anak men- jadi dewasa dan pemisahan mereka dengan ikatan keluarga. Ter- jadinya peralihan-peralihan tersebut akan berubah juga kebutu- han akan rumah tinggal yang menuntut fleksibelitas lebih besar dalam pengaturan rumah.
Berdasarkan keterangan-keterangan di atas dapat ditarik kesimpulan, fungsi rumah adalah untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikis sebagai wujud keberadaan manusia secara in- dividual dan social dalam lingkup keluarga maupun masyarakat.
3, Elemen Perencanaan Interior Rumah Tinggal
Rumah tinggal merupakan wadah sebagai tempat priba- di bagi manusia untuk berlindung yang dapat mengungkapkan dan mencerminkan sikap hidup pribadinya. Adapun kepribadaian menurut Hegen dapat dilukiskan dari sudut pandang “kebutuhan, nilai-nilai, dan unsur-unsur kognitif padangan duniawi bersama- sama dengan tingkat intelegensi dan energi”. Kebutuhan yang menjadi dimensi penting dari kepribadian salah satunya adalah kebutuhan itu digerakan untuk berprestasi (Robert H. Lauer, 1989: 130). Prestasi yang mengantarkan orang memiliki profe- si. Berdasarkan keterangan itu dapat dikatakan melalui profesi seorang desainer dapat mengidentifikasi kebutuhannya, terma- suk kebutuhan akan tempat tinggal.
Perencanaan interior selain memahami pengguna, maka harus dipahami elemen interior, sebagai bagian objek yang dik- erjakan. Ada enam elemen yang harus diperhatikan untuk peren- canaan interior rumah tinggal:
- Aktifitas
- Ruang dan Tata Letak Ruang
- Unsur Pembentuk Ruang.
- Isian Ruang/Furniture
- Pengkondisian
- Lay Out
4. Pendekatan Pemecahan Desain
Perencanaan interior merupakan kegiatan ilmiah terdiri dari berbagai tahap. Setelah desainer mampu merumuskan persoalan desain dengan penelitian maka tahap berikutnya adalah meru- muskan pendekatan pemecahan desain. Beberapa pendekatan telah sering diterapkan baik dalam proses perencanaan interior di dunia akademik maupun profesional. Tidak jarang dalam satu rancangan menggunakan pendekatan yang lebih dari satu. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh hasil yang maksimal sesuai dengan kebutuhan pengguna, mengingat permasalahan desain merupakan permasalahan yang kompleks. Perwujudan karya de- sain interior diperlukan multi disiplin yang tidak dapat diabaikan ketika mengharapkan hasil yang maksimal. Pendekatan holistik merupakan pilihan yang tidak dapat ditawar, meskipun dalam pelaksanaannya masing-masing pendekatan tidak harus mem- peroleh porsi yang seimbang. Proses desain, produksi desain, hasil desain, dan pemasaran hasil desain merupakan kesatuan integral yang harus dipikirkan sejak awal.
Ada beberapa pendekatan yang dapat anda gunakan un- tuk pemecahan desain Interior Rumah Tinggal, di antaranya pendekatan yang berorientasi pada:
- Perilaku manusia dan Psikhologi
- Gaya Hidup
- Oreintasi Pasar.
- Filosofi bentuk.
Masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Perilaku manusia
Penjelasan tentang pendekatan pemecahan desain seb- agai berikut.
Rumah tinggal berfungsi sebagai tempat berteduh, ber- kumpul dengan keluarga, melakukan kegiatan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan dalam rangka kelangsungan hidup baik secara pribadi maupun berkelompok. Secara umum jenis aktifi- tas sehari-hari dapat dikatakan hampir memiliki kesamaan untuk setiap manusia, namun ketika terkatit dengan bentuk lingkun-
gan kerja akan berbeda seiring dengan selera manusia sebagai penghuni. Kegiatan sehari-hari dalam rumah tinggal merupakan perilaku yang dapat dirunut sebagai dasar pendekatan pemeca- han desain
Pendekatan desain yang berorientasi pada perilaku manu- sia adalah suatu pendekatan yang menjadikan perilaku sebagai faktor penting untuk dipertimbangkan dalam perencanaan interior secara spesifik berkait dengan subjek rancangan. Pendekatan tersebut diperlukan untuk mencapai kesesuaian antara produk/ interior dengan pengguna, kerana derajat kesesuain antara produk dengan pengguna adalah indikator keberhasilan desain, baik dari sisi jenis ruang maupun bentuk ruang.
Friedmann (1979: 144) mengemukakan kegiatan mende- sain interior tidak sekedar membuat karya seni semata karena di dalam desain bukan sekedar indah, aneh dilihat, lain dari pada yang lain atau ekslusif. Di dalam desain ada muatan manfaat dan aktivitas yang harus diakomodir. Oleh karena itu desainer harus mengenal pengguna dengan baik, utamanya dari aspek psikologi dan perilakunya. Hal tersebut diperlukan untuk memperoleh ala- san fungsional yang tepat pada setiap keputusan desain yang dirancang.
Hasil penelitian Sunarmi (2005: 103-110) menyebutkan, Thomas Karsten merupakan seorang arsitek terkenal dari Be- landa tetapi memahami betul bagaimana perilaku manusia Jawa. Ketika secara kolaborasi dengan Mangkunegara VII merancang interior Pracimayasa, salah satu rumah tinggal di lingkungan Mangkunegaran Surakarta, khusus pada ruang Rias dan Kamar Mandi Rancangannya memolakan manusia sebagai pengguna ruang itu pada posisi stimpuh ketika mandi dan berias. Mandi dan berias dalam posisi stimpuh merupakan kebiasaan/perilaku manusia Jawa terutama kalangan raja dan bangsawan.
Thomas Karsten memiliki kepekaan terhadap perilaku kon- sumen dalam hal ini adalah bagaimana orang berperilaku dalam hidup sehari-hari di rumah tinggal. Kelebihan karya Thomas Karsten tidak hanya pada bentuk Kamar Mandi, namun juga bagaimana membagi ruang sesuai dengan keperluan hidup se- hari-hari seorang Adipati saat itu. Pracimayasa sebagai rumah penunjang Puro Mangkunegaran yang terdiri dari Dalem Ageng, Pendapa, Paringgitan, pada Pracimayasa memiliki Dapur, ruang Makan, Ruang Tamu/Ruang Pisowanan, Kamar Tidur lengkap dengan Ruang Rias dan Kamar mandi. Dari sisi jenis ruang menunjukkan bahwa perancang memahami jenis aktifitas se-
hari-hari dalam rumah tinggal. Ditinjau dari sisi bentuk, keunikan bentuk interior Pracimayasa mencerminkan pribadi pemiliknya, yakni Mangkunegara VII saat itu. Kegemaran Mangkunegara VII melakukan kegiatan perjalanan dengan mengoleksi benda-ben- da dari berbagai Negara, disediakan wadah dalam setiap sudut ruang termasuk di Kamar Mandi Pracimayasa.
Uraian di atas hanya sekilas tentang contoh kasus bagaimana seorang desainer mampu menangkap perilaku peng- guna dijadikan dasar pendekatan perilaku konsumen atau peng- guna. Secara garis besar perencanaan desain dengan pendeka- tan perilaku konsumen atau pengguna adalah perencanaan yang mendasar pada kepekaan tehadap jenis kegiatan pengguna dan bentuk kegiatan pengguna.
b. Gaya Hidup
Rumah tinggal berfungsi sebagai tempat hidup sehari-hari. Rumah adalah suatu wadah sebagai tempat pribadi manusia yang dapat mengungkapkan dan mencerminkan sikap hidup pribadinya serta sekaligus tempat membentuk kepribadian manu- sia. Kepribadian erat kaitannya dengan gaya hidup. Gaya hidup dapat diklasifikasikan antara lain: gaya hidup modern atau gaya hidup tradisi. dapat diidentifikasikan dengan profesi seseorang.
Gaya hidup pada dasarnya merupakan sikap hidup, sikap hidup ada berbagai macam, di antaranya: kepraktisan, simple, mudah, aman, mewah, sederhana, nyaman, dan sebagainya. Orientasi gaya hidup pada interior lebih banyak ditengarai pada bentuk interior. Adapun jenis ruang mendasar pada aktifitas sehari-hari. Contoh kasus gaya hidup modern, mengarah pada sikap hidup yang simpel dan praktis. Bentukan interior yang ses- uai adalah interior yang memberi kemudahan dan kenyamanan dalam pemakaian dan perawatan. Mudah pengoperasian dan mudah dalam perawatan. Meskipun aspek estetik tetap dibu- tuhkan, akan tetapi bukan yang memiliki makna simbolik. Hidup modern jauh dari makna simbolik yang ada pada setiap benda, dengan demikian jauh dengan sikap gaya hidup tradisi yang penuh makna dalam setiap bentuk.
Adapun gaya hidup kaitannya dengan profesi, adalah pemahaman terhadap pengguna kaitannya dengan aktifitas ru- tin yang berorientasi pada uang. Seorang desainer perlu me- mahami profesi pengguna manakala akan merencang sebuah interior rumah tinggal. Hal ini penting terutama untuk dapat mem-
berikan keleluasaan aktivitas pengguna ketika mengembangkan profesinya, karena profesi itu aktifitas dan setiap aktivitas akan memerlukan wadah kegiatan. Profesi memungkinkan dikem- bangkan di dalam rumah tidak hanya di kantor atau di lingkungan kerja. Masing-masing profesi memerlukan wadah yang spesifik, salah satu contoh bentuk interior yang mengunakan pendekatan profesi adalah profesi seorang pelukis akan ada kebutuhan ruang yang berbeda dengan profesi seorang pemusik. Meskipun sama- sama memerlukan ruang sanggar seni, akan tetapi tuntutan spe- sifikasi ruang akan berbeda. Pemusik membutuhkan ruang yang memiliki spesifikasi akustik yang baik agar tidak mengganggu lingkungan, sedangkan sanggar seni lukis tidak perlu memiliki spesifikasi akustik.
Pemahaman terhadap profesi pengguna, maka memahami jenis aktifitas dan bentuk aktifitas suatu profesi dijadikan dasar perumusan jenis ruang dan bentuk ruang untuk wadah kegiatan mengembangkan profesi. Perencanaan interior lebih dikonsen- trasikan pada jenis ruang dan bentuk ruang untuk mewadahi ke- hidupan sehari-hari dan pengembangan profesi.
c. Orientasi Pasar
Rumah tinggal pada perkembangannya saat ini bisa jadi orang membeli rumah jadi atau membangun dari awal. Peran desainer selain melayani perorangan untuk merancang desain juga melayani kontraktor untuk pembangunan rumah tinggal. Pada saat melayani konsumen untuk perencanaan desain inte- rior rumah tinggal maka perhatian desainer pada pengguna yang sifatnya perorangan, baik secara psikhologi maupun gaya hidup. Demikian ketika desainer melayani kontraktor untuk perencanaan interior rumah tinggal secara masal, misalkan perumahan maka perhatian pendekatan pemecahan desain diorientasikan kepada pengguna secara umum.
Pendekatan desain dengan berorientasi pada pasar adalah suatu pendekatan yang bertujuan pada pemenuhan akan kebutu- han pasar secara umum. Ini dimulai dengan mengi- dentifikasikan kebutuhan pengguna (masyarakat) secara umum (bukan spesifik) terhadap hal-hal yang berkaitan aktifitas dan ke- las atau golongan terhadap seluruh elemen. Pendekatan ini lebih menekankan pada cost atau biaya yang diperlukan untuk selu- ruh perwujudan bentuk elemen interior maupun biaya perawatan kaitannya dengan kelompok pengguna terhadap kemampuan. Orientasi pasar berkaitan pula pada keperluan pasar yang dike-
lompokkan pada jenis kelamin, usia ataupun status sosial.
Pengguna dalam pembahasan ini adalah kelompok ma- syarakat dalam batasan geografis dan etnografis tertentu yang menjadi target tujuan pasar. Secara umum (utamanya dalam bidang desain interior) dalam mengidentifikasi kebutuhan peng- guna akan bermuara pada masukan informasi mengenai produk kongkrit bentuk rumah tinggal ataupun (pelengkap interior) yang menjadi kebutuhan utama dalam kehidupan keseharian (utaman- ya dalam rumah). Contoh kasus hasil penelitian (Csiszentmihalyi, 1995: 120) yang secara persentase dapat didefinisikan, bahwa kebutuhan masyarakat terhadap furniture menempati urutan ter- tinggi di antara kebutuhan rumah tangga yang lain untuk semua kelompok.
Pendekatan ini dapat pula untuk menganalisis jenis produk ataupun spesifikasi, selanjutnya peran desainer yang mengam- bil spesifikasi tersebut membuat rancangan produk yang dapat sebagai alternatif pasar dengan tetap memperhatikan efektifitas dan efisiensi dalam proses produk. Desain juga dituntut sesuai dengan keadaan demografis lingkungan. Faktor cuaca harus dipertimbangnkan manakala menentukan bahan agar sesuai dengan daerah sasaran. Faktor etnografi dan ergonomi yakni anthropometri yang berbeda antara daerah satu dengan daerah lain juga merupakan faktor yang harus dipertimbangkan terkait dengan kenyamanan psikhis dan fisik pengguna.
Secara garis besar perencanaan interior dengan pendeka- tan pemecahan desain yang berorientasi pasar adalah perenca- naan yang mengarah pada penyelesaian desain memperhatikan pengguna secara umum dan dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, usia, kelas/golongan ekonomi, kelas/golongan sosial/ status.
d. Filosofi Bentuk
Rumah tinggal sebagai tempat pribadi yang dapat sebagai media untuk mengekspresikan gaya hidup maupun cita rasa seni tertentu. Cita rasa seni dapat diekspresikan melalui bentuk visual elemen interior. Bentuk elemen interior memiliki keindahan secara visual maupun makna. Pendekatan desain dengan berorientasi pada filosofi bentuk adalah suatu pendekatan yang menjadikan filosofi bentuk sebagai bagian penting dalam mengekspresikan makna di balik bentuk yang tervisualisasikan nyata. Filosofi ben- tuk menjadi media dalam mentransformasikan makna konseptual ke dalam bentuk nyata olahan unsur elemen interior. Seorang de-
sainer perlu mempertahankan idealisme dalam hal filosofi bentuk ketika berproses desain sehingga desain yang dihasilkan tetap berkekuatan estetis. Idealisme kepekaan estetis tetap diperlu- kan, meskipun pada tataran primer orang berpikir dan bercita rasa dalam penghayatan kosmis dan mistis, bukan estetis.
Pendekatan desain dengan berorientasi filosofi bentuk biasa di terapkan pada objek interior bangunan-bangunan yang memerlukan penghayatan kosmis dan mistis seperti tempat ibadah dan pemukiman yang berkosmologi tradisional. Bentuk unsur-unsur pembentuk ruang dan elemen interior sangat lekat dengan pendekatan filosofi untuk mencapai suasana dan penghayatan yang di inginkan. Jika pada tempat ibadah pendekatan itu dimaksudkan untuk mencapai pengayatan kosmis dan mistis ibadah, sedangkan pada pemukiman/rumah tinggal lebih cenderung di maksudkan untuk mencapai eksistensi identitas budaya setempat.
Salah satu contoh bentukan interior yang dapat di hayati melalui pendekataan filosofi bentuk adalah kesuksesan zaman Gotik yang terkenal dalam perwujudan interior tempat ibadah. Filosofi bentukan interior tempat ibadah zaman Gotik adalah ver- tikalisme, transparan, dan diafan. Garis vertikal mengungkapkan ciri zaman segala sesuatu perbuatan, kegiatan, dan tindakan manusia di tujukan pada satu titik total pada Yang Kuasa/Yang Maha Tinggi. Dinding-dinding kaca berwarna memperlihatkan cita-cita lepas dari kewada’an materi atau kehidupan yang fana. Diafan artinya cahaya yang menembus selaku lambang rahmat Tuhan yang menembus kefanaan hidup manusia untuk meneranginya dengan Nur Illahi (Mangunwijaya, 1999:78).
Adapun pada pemukiman tradisional, utamanya rumah tinggal dan kosmologinya secara turun temurun telah menerap- kan sistem organisasi ruang yang mengacu pada bentuk dasar orientasi diri. Keseimbangan dan keselarasan antara alam den- gan pengguna demi keselamatan pengguna merupakan tujuan utama setiap perwujudan tempat tinggal serta sarat dengan eksistensi identitas diri. Mulder menyebutkan, di Jawa pema- jangan benda-benda antik tempo dulu sebagai asesoris ruang pada interior merupakan satu kebanggaan sebagai eksistensi diri. Pada rumah tinggal modernpun juga masih banyak di jumpai bentuk interior yang mengacu pada orientasi diri demi eksistensi identitas dan tingkat budaya. Melalui pendekatan filosofi bentuk dalam mengolah interior, maka citra ruang dan pemilik (peng- guna) dapat di tangkap oleh siapapun yang memiliki kepekaan
terhadap cita rasa seni.
Mendasar pada uraian di atas, pendekatan filosofi bentuk adalah perencanaan desain yang menjadikan filosofi bentuk seb- agai bagian penting dalam mengekspresikan makna di balik ben- tuk yang tervisualisasikan nyata. Filosofi bentuk menjadi media dalam mentransformasikan makna konseptual ke dalam bentuk nyata olahan unsur elemen interior. Secara teknis bentuk elemen di wujudkan tidak hanya untuk mencapai keindahan visual namun juga memiliki makna di balik bentuk.
Merujuk pada uraian di atas dapat di tarik kesimpulan interior rumah tinggal adalah wadah sebagai tempat pribadi bagi manusia untuk berlindung yang dapat mengungkapkan dan mencerminkan sikap hidup pribadinya serta sekaligus tempat membentuk kepribadian manusia. Kepribadian manusia dapat di lihat dari sudut pandang kebutahan manusia yang di gerakkan untuk prestasi.
Fungsi rumah adalah untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikis sebagai wujud keberadaan manusia secara individual dan social. Berdasarkan kebutuhan fisik dan psikis manusia itulah dapat di identifikasi aspek-aspek kebutuhan manusia akan rumah tinggal. Aspek-aspek itu masing-masing di tentukan oleh tingkat kebutuhan si penghuni/pemilik. Tingkat kebutuhan si penghuni di pengaruhi oleh profesi, keinginan, hoby, jenis kelamin, usia, ekonomi. Berdasarkan ilmu psikologi: jenis kelamin, usia, jumlah penghuni, hoby, profesi calon penghuni dapat di jadikan informasi untuk mengidentifikasi kebutuhan calon penghuni sebagai aspek perencanaan untuk merumuskan elemen interior. Enam elemen interior, yakni: (1) Aktifitas, (2) Kebutuhan Ruang dan Tata Letak Ruang, (3) Unsur Pembentuk Ruang, (4) Furniture/Isian Ruang,
- Pengkondisian, (6) Lay Out
Ada banyak pendekatan desain yang dapat di pinjam untuk memecahkan desain. Apapun pendekatan yang di gunakan enam elemen tersebut tidak dapat di tawar untuk tidak di bahas dalam perencanaan interior.
Ada beberapa pendekatan untuk pemecahan desain Inte- rior Rumah Tinggal, di antaranya pendekatan yang berorientasi pada:
- Perilaku manusia.
- Gaya Hidup
- Orientasi Pasar.
- Filosofi Bentuk
Pendekatan perilaku manusia adalah adalah perencanaan yang menjadikan perilaku sebagai faktor penting untuk diper- timbangkan dalam perencanaan interior secara spesifik berkait dengan subjek rancangan. Tersebut di gunakan untuk mencapai kesesuaian antara produk/interior dengan pengguna, karena derajat kesesuaian antara produk dengan pengguna adalah indikator keberhasilan desain, baik dari sisi jenis ruang maupun bentuk ruang.
Gaya hidup adalah perencanaan yang menjadikan profesi sebagai dasar merumuskan jenis dan bentuk elemen interior untuk wadah kegiatan mengembangkan profesi. Perencanaan interior lebih di konsentrasikan untuk menentukan jenis ruang dan bentuk ruang sebagai wadah kehidupan sehari- hari dan pengembangan profesi.
Pendekatan pemecahan desain yang berorientasi pasar adalah perencanaan yang mengarah pada penyelesaian desain memperhatikan pengguna secara umum dan di kelompokkan berdasarkan jenis kelamin, usia, kelas/golongan ekonomi, kelas golongan sosial/status untuk menentukan bentuk interior. Jenis dan bentuk elemen di wujudkan mendasar pada keperluan peng- guna sesuai kelompok-kelompok yang di tentukan.
Pendekatan filosofi bentuk adalah perencanaan desain yang menjadikan filosofi bentuk sebagai bagian penting dalam mengekspresikan makna di balik bentuk yang tervisualisasikan nyata. Filosofi bentuk menjadi media dalam mentransformasikan makna konseptual ke dalam bentuk nyata olahan unsur elemen interior. Secara teknis bentuk elemen di wujudkan tidak hanya untuk mencapai keindahan fisual namun juga memiliki makna di balik bentuk.
Baca Juga : Desain Interior Bedroom Perumahan Kelapa Gading
Pekerjaan Interior Ruangan Kerja PT. Sandpasifik Jaya Abadi
Desain Interior Ruang Salon Madame Ina Kota Wisata